MORFOLOGI, CIRI-CIRI DAN ANATOMI
Spesies
ini sering dikenal dengan nama kadal blutong (blue tongue, karena
memiliki lidah berwarna biru), kadal panama/panana. Spesies ini
merupakan anggota familia Scincidae (skink lizard) dengan genus yang
mempunyai anggota beberapa spesies diantaranya T. gigas sendiri, T.
scincoides, T. rugosa, T. occipitalis, dll. Dilihat dari familianya,
hewan ini mempunyai familia dengan karakter pada umumnya memiliki ciri
morfologi sisik sikloid yang berukuran relative besar dengan permukaan
kesat kering, sisik kepala memiliki lempeng yang termodifikasi menjadi
sisik dengan nama tersendiri, anggota familia Scincidae juga memiliki
ekor cukup panjang bulat dan umumnya dapat melakukan autotomi, yang
paling khas dari familia ini adalah bahwa familia ini memiliki area
persebaran yang cukup luas dan umum ditemukan di area perumahan terutama
di Indonesia. Sedangkan karakteristik spesies ini adalah leher pendek
dan ekor berbentuk silindris dan padat, kepala seperti anak panah yang
tumpul dengan lubang telinga besar, yang unik dari spesies ini adalah
walaupun termasuk kadal skink terbesar, blutong memiliki ekstremitas
yang kecil sehingga terlihat tidak proporsional dengan tubuhnya. Umumnya
blutong memiliki motif banded pada tubuhnya dengan variasi warna yang
sangat banyak, mulai dari coklat, hitam, kuning, krem, putih, abu-abu,
dll.
Sedangkan dilihat dari anatomi,
belum ada banyak penelitian yang mengemukakan anatomi spesies ini, tapi
jika dilihat perbedaannya denga skink pada umumnya, blutong memiliki
kebiasaan menjulurkan lidah, disini terjadi kontroversi yang mengatakan
blutong memiliki organ Jacobson, jika dilihat dari perilaku
menjulurkan lidah, blutong kemungkinan memang memiliki organ Jacobson,
akan tetapi jika dilihat dari ukuran dan bentuk lidahnya hal tersebut
perlu dibuktikan lebih lanjut dengan mencoba melakukan pembedahan pada
bagian caput blutong.
Dalam dunia
perdagangan spesies ini dikenal dengan banyak variasi corak dan morph
akibat permainan genetis secara invitro atau perkawinan galur murni dan
kawin silang, akan tetapi pada dasarnya warna asli atau wild tipe
adalah coklat muda sebagai warna dasar dan coklat tua hingga hitam
sebagai warna coraknya
HABITAT
Spesies
ini biasanya hidup pada habitat yang cenderung hangat hingga panas dan
kering atau sedikit lembab dengan kisaran suhu sekitar 30 c pada siang
hari dengan basking spot bersuhu 40-50 c. sedangkan pada malam hari
suhunya sekitar 25 c. Kelembaban yang dibutuhkan antara 60% sampai 70%.
Biasanya spesies ini hidup di padang rumput kering dan stepa dan
cenderung di daerah yang dekat dengan air dan menempati daerah
semak-semak atau bebatuan yang ada. Pada siang hari biasanya basking di
area terbuka atau mencari mangsa. Selain itu juga dapat dijumpai pada
daerah kering yang hanya terdapat sedikit air didalamnya. Walaupun
tubuhnya cenderung gemuk dan memiliki ekstremitas yang kecil, akan
tetapi blutong juga pandai memanjat pohon yang jarang terdapat di
habitat aslinya, namun demikian blutong mempunyai habitat terestrial
sehingga jarang ditemukan pada pepohonan dengan slope yang extreme.
Biasanya blutong sering bertempat tinggal di serasah, bekas pohon
tumbang dan atau bangunan yang tidak terpakai di pemukiman.
PERSEBARAN
Untuk
persebaranya, genus ini dapat ditemukan di daerah padang rumput basah
hingga semi tandus/kering, stepa dan savannah di Australia dan
Indonesia Timur dan sekitarnya dengan ketinggian relatif rendah. Untuk
spesies T. gigas evanescens dapat ditemukan di
PERILAKU MAKAN
Blutong
bisa dikatakan pemakan segala makanan yang dapat masuk ke mulutnya.
Dietnya berkisar dari burung, serangga, ikan, mamalia kecil,
buah-buahan dan terkadang sayuran. Pada ukuran bayi hingga juvenile,
blutong akan cenderung memakan serangga atau hewan berukuran kecil
lainnya dan belum mau memakan buah-buahan. Biasanya pada ukuran bayi
hingga juvenile, blutong akan lebih cenderung menyukai makanan berbasis
daging, karena pada masa pertumbuhan ini blutong akan memerlukan banyak
asupan protein dan kalsium yang didapat dari mangsa hidup. Akan tetapi
setelah dewasa, biasanya proporsi makanan daging akan lebih sedikit
dibandingkan buah-buahan, karena pada masa ini blutong akan lebih
membutuhkan serat untuk memperlancar proses pembuangan, begitu juga
vitamin agar tetap menjaga kebugaran tubuh menjelang usia tua. Jika
dilihat dari perbedaan habitat blutong Indonesia dan Australia dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan, bias jadi akibat adanya musim dingin
pada Australia mengakibatkan blutong disana pertumbuhannya tidak secepat
di Indonesia, karena pada musim dingin tersebut blutong akan cenderung
hibernasi di lubang-lubang di dalam tanah sehingga pertumbuhannya
terhenti untuk sementara. Perbedaan tempat ini juga menjadi barier
ekologi dan menghasilkan blutong yang berbeda antara Indonesia dan
Australia bukan hanya ditinjau dari ukuran maksimalnya saja. Karena pada
dasarnya blutong sendiri memiliki banyak jenis dan spesies, contohnya
saja Tiliqua rugosa yang memiliki sisik termodifikasi kasar seperti
kulti buah salak akibat habitat yang tandus.
PERILAKU REPRODUKSI
Untuk
reproduksi, blutong bereproduksi secara internal dan ovovivipar.
Biasanya sebelum musim kawin, individu dewasa akan mengalami proses
hibernasi pada musim dingin untuk menstimulus produktivitas sperma,
biasanya pada bulan November hingga februari, biasanya perkawinan
terjadi setelah musim dingin/ hujan berakhir dan blutong jantan akan
mulai mencari pasangannya lewat feromon betina yang siap kawin atau
sekedar bertemu dengan betina dan melakukan perkawinan dengan diawali
ritual yang menyerupai perkelahian. Biasanya pada individu betina yang
menolak, blutong jantan akan menggigit bagian pundak betina untuk
mengunci gerakan, setelah betina pasrah, maka terjadilah perkawinan.
Biasanya selang 3 hingga 6 bulan kemudian betina akan melahirkan 5
hingga 15 bayi blutong yang terbungkus lapisan mucus transparan yang
masih memiliki sisa “putih telur” yang selanjutnya bayi blutong akan
mengeluarkan diri dari mucus tersebut dan sisa plasenta tersebut akan
dimakan oleh bayi itu sendiri.
PEMANFAATAN
Dalam
segi pemanfaatan, blutong biasanya banyak dimanfaatkan untuk hewan
peliharaan seperti reptil pada umumnya, selain itu, penduduk lokal
jarang menggubris keberadaan blutong karena hanya terlihat seperti
kadal kebun biasa dengan ukuran lebih besar. Akan tetapi, seiring
berkembangnya zaman, pada saat ini blutong telah banyak diperdagangkan
bahkan di ekspor secara ilegal untuk dijadikan hewan peliharaan karena
memiliki tempramen sangat bersahabat serta mudah dalam memeliharanya,
terkadang berperilaku senang mencuri perhatian manusia menjadikan
blutong sebagai reptile pilihan untuk dipelihara. Hingga saat ini
blutong telah sukses dibudidayakan oleh sebagian kecil masyarakat
Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar perdagangan hewan peliharaan.
Hal tersebut karena untuk membudidayakannya membutuhkan siklus per 2
tahun dan hanya menghasilkan anakan yang sedikit sehingga sedikit sekali
breeder yang membudidayakannya.
KONSERVASI
Tiliqua
gigas sebenarnya termasu kedalam spesies yang telah dilindungi sejak
lama dimana pada saat itu masih gencar terjadi penangkapan di alam dan
mengekspornya ke Negara-negara pet consumer terutama Amerika. Akan
tetapi pada saat ini beternak blutong disana sudah menjadi hal yang
menjanjikan karena hewan ini memang jarang ditemukan bahkan di kalangan
breedernya (karena reproduksi hanya terjadi 2 tahun sekali dengan
jumlah anakan yang sedikit) oleh karenanya harga jual blutong di
Negara-negara maju cukup menjanjikan.
MEKANISME PERTAHANAN DIRI
Pada
dasarnya hampir semua jenis reptil akan menghindari predatornya
terutama manusia. Termasuk juga spesies ini, ketika bertemu dengan
predator (contoh manusia) akan menghindar sebagai langkah awal entah itu
bersembunyi di lubang tikus, menggali di pasir ataupun serasah. Dan
ketika keadaannya sudah sangat mendesak (contohnya ada dalam pegangan
manusia) blutong liar akan cenderung meronta, mencakar dan mengibaskan
ekornya sebagai bentuk penyerangan, dan langkah terakhir adalah dengan
gigitanya. Walaupun dalam pemeliharaan blutong bisa menjadi hewan yang
sangat jinak dan bersahabat, akan tetapi cukup sering blutong liar
dialam melakukan perlawanan sengit ketika ditangkap dan menggigit serta
mencakar ketika sudah dalam genggaman tangan. Dan walaupun demikian,
umumnya butuh waktu yang tidak singkat untuk kemudian menjinakan blutong
tangkapan liar.
METODE PEMELIHARAAN
Dalam
pemeliharaannya dibutuhkan kandang yang lebih menitikberatkan ke
panjang dan lebar dengan sedikit ketinggian dan dahan untuk memanjat
karena pada dasarnya blutong bersifat terrestrial, akan tetapi masih
suka memanjat terutama ketika fase bayi dan remaja. Untuk ukuran bayi
hingga jouvenil, cukup dengan kandang berukuran 60x40x30. Sedangkan
untuk ukuran dewasa bisa digunakan kandang berukuran 100x50x40 cm.
Selain itu juga disediakan wadah berisis air untuk minum dan tempat
berendam jika blutong merasa kondisi sekitar terlalu panas. Selain untuk
berendam, air juga bisa sebagai penjaga kelembaban kandang.
Untuk substrat, lebih
disarankan menggunakan sebuk gergaji dan serasah-serasah buatan karena
bisa menutup kotoran dan menyerap bau. Suhu dan kelembaban diusahakan
sama seperti dialam dan bisa ditambahkan thermometer dan hygrometer
untuk mengetahuinya, tambahkan pula dahan dan batu tempat berjemur yang
diatasnya dipasangkan lampu sorot untuk basking, dalam hal ini minimal
disediakan 2 jenis lampu, yaitu lampu heater sebagai sumber panas dan
lampu penghasil UVB. Kandang sebaiknya transparan karena melihat
lingkungan sekitar terus menerus bisa menyebabkan blutong terbiasa
melihat ruang diluar kandang dan terbiasa melihat manusia dan
membuatnya lebih kalem ketika dihandling, selain itu untuk blutong bayi
membutuhkan tempat bersembunyi, handling sebisa mungkin dilakukan
sering dan membiarkan blutong bebas berkeliaran dan tidak di handling
secara paksa atau diganggu kegiatannya selama dikandang maupun di luar
kandang, karena seiring bertambahnya waktu, kebiasaan kontak dengan
manusia dan diperlakukan baik akan membuat blutong merasa tidak
terancam lagi dengan keberadaan manusia dan terbiasa kontak dengan
manusia.
Intinya, kandang yang baik
adalah kandang yang dapat mencerminkan habitat aslinya ditambah lagi
penanganan dan perawatan blutong secara hati-hati dan tidak terlalu
memaksa kehendak sehingga blutong merasa nyaman dipegang oleh manusia.
Sakit yang biasa diderita
blutong adalah MBD atau metabolic bone desease, biasanya dialami oleh
blutong yang masih dalam masa pertumbuhan karena kekurangan kalsium.
Gejalanya badan lemas, tidak bertenaga, jalan ngesot, tulang bengkok,
pertumbuhan sangat lambat, lenjeh, dll. Lama Kelamaan bisa menyebabkan
lumpuh ektremitas total. Penanganan adalah dengan mengasupkan makan
berkalsium tinggi seperti ikan mas, telur rebus beserta cangkangnya,
atau jangkrik dan pingkis yang ditaburi parutan kulit sotong atau obat
supplement kalsium, selain itu juga agar lebih sering dijemur dibawah
sinar matahari langsung (walaupun di kandang telah disediakan lampu
UVB). Dan usahakan memberi makan mahluk hidup secara utuh agar asupan
nutriennya seimbang. Untuk bayi tidak disarankan diberi makan buah
apalagi yang mengandung fosfor tinggi seperti pisang. Tidak disarankan
juga memberi makan daging mentah tanpa tulang dan atau suplemen kalsium
serta telur tanpa cangkang.
Setelah berukuran dewasa,
seperti reptil besar pada umumnya, respon makan yang terlalu besar akan
mengakibatkan blutong merasa tidak nyaman ketika terlalu lapar dan
berperilaku mengitari kandang, setelah memastikan didalam kandang tidak
ada mangsa, blutong akan memaksa untuk keluar kandang dengan menggosok
dan mendorong tutup kandang dengan mulut atau cakarnya sehingga dapat
menyebabkan pembengkakan pada daerah labial hingga menyebabkan infeksi
jika terjadi luka dan akhirnya sariawan atau mengakibatkan patahnya
cakar biawak. Untuk menghindari itu, sangat perlu dibuat jadwal makan
yang teratur sehingga blutong tidak mengalami over hunger. Dan sebagai
antisipasinya, tidak disarankan bagian dalam kandang terbuat dari bahan
yang mudah melukai kulit (contoh strimin, kayu yang belum dihaluskan,
dll).
Penyakit lain yang sering timbul
adalah obesitas, kaitannya dengan respon makan blutong yang sangat
besar. Jika tidak diimbangi dengan basking dan handling yang cukup,
bukan hal yang tidak mungkin blutong akan obesitas. Oleh karenanya
disarankan kandang agar luas agar menyediakan ruang yang cukup untuk
blutong agar berolah raga dan berjalan-jalan.
KLASIFIKASI
Hierarki klasifikasi spesies tersebut bisa dilihat di bawah ini:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Order : Squamata
Suborder : Lacertilia
Family : Scincidae
Genus : Tiliqua
Species : Tiliqua gigas
Hierarki klasifikasi spesies tersebut bisa dilihat di bawah ini:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Order : Squamata
Suborder : Lacertilia
Family : Scincidae
Genus : Tiliqua
Species : Tiliqua gigas
1 comment:
wow,,, kadalnya bagus,,,
Post a Comment