Monday, June 20, 2011

Spesialis Mancing Bulus Serayu

SUATU siang, di tahun 2006. Kuat melempar kail berumpan usus ayam di genangan waduk PLTA Mrica di Desa Pucang, Barat Kota Banjarnegara. Tak berselang lama, tali senar pancing bergerak. Dari gerakannya yang tak terlalu agresif, Kuat yakin mata pancing ditelan oleh kura-kura atau bulus.
Tempat Kuat memancing, sebelum menjadi genangan waduk mulai 1989, merupakan kedung atau cekungan Sungai Serayu yang sangat dalam. Orang menyebutnya dengan nama Kedung Celong. Kuat terperanjat sekaligus girang saat bulus yang terkena pancing tadi menyembul ke permukaan air selama beberapa detik. Ukurannya luar biasa besar, dengan garis tengah sekitar satu setengah meter. Selanjutnya Kuat pinjam perahu milik penambang pasir yang mangkal di tempat itu. Perahu dikayuh pelan-pelan mengikuti arah tarikan senar pancing. Rupanya, bulus menuju arah hilir. Sampai di wilayah Desa Blambangan atau sekitar dua kilometer dari Pucang, bulus raksasa itu menepi.Dibantu seseorang, akhirnya bulus bisa diangkat ke darat. Ketika ditimbang, bobot bulus mencapai 105 kilogram.

Tertangkapnya hewan air raksasa bernama ilmiah Amyda cartilaginea tadi, tak pelak membuat gempar. Kuat kemudian menjualnya kepada seseorang di Purbalingga dengan harga Rp 1,5 juta.

‘Jajahan’
Memancing bulus, ditekuni Kuat sejak muda hingga usianya yang sekarang mendekati 80 tahun. Daerah ‘jajahan’ utamanya adalah Sungai Serayu yang kini jadi genangan waduk PLTA Mrica. Dari pekerjaannya tadi, warga Dusun Gondang Desa Semampir barat kota Banjarnegara itu, mampu menghidupi keluarganya. Bahkan, anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. ”Dua anak saya sekarang masih kuliah di Yogya. Semua berkat bulus,” kata Kuat, Kamis (16/7) dengan nada bangga.

Demi bulus, hari-hari Kuat nyaris dihabiskan ditepi genangan waduk. Sering pula ia harus begadang semalaman di situ dengan berbekal umpan seperti usus ayam, bekicot, katak kecil dan lainnya. Rupanya, alam cukup bersahabat dengan lelaki tua tadi, terbukti populasi bulus cukup tinggi. Sehingga, ia tak pernah pulang dengan tangan hampa.

Bulus hasil pancingan Kuat, untuk ukuran kecil hingga 20 kilogram, biasanya dijual Rp 10 ribu/kilogram. Sedangkan bulus dengan bobot 20 kilogram ke atas harganya sekitar Rp 15 ribu/kilogram. Perbedaan harga itu, menurut Kuat, karena semakin tua bulus, kandungan minyaknya makin sedikit. Pembeli bulus, kebanyakan rumah makan, disusul kolektor dan penggemar daging bulus.

Ditanya pendapatan rata-rata per bulan, Kuat tak tak mau menyebut. Namun, Slamet (30) warga Desa Pucang yang kini mencoba mengikuti jejak Kuat sebagai pemancing bulus, mengatakan, pendapatan seniornya itu mencapai jutaan rupiah per bulan.
”Hitungan saya didasarkan pada perolehan bulus pak Kuat sehari-hari. Buktinya, dia bisa membiayai kuliah anak-anaknya,

No comments: