Friday, July 27, 2012

Cara memelihara Reticulated Python (Ular Sanca Kembang)

Sanca kembang adalah sejenis ular tak berbisa yang berukuran besar. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 10 meter. Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics.
Identifikasi
Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, ada lima spesiesnya: tiga spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular peraca (Python curtus group: P. curtus, P. brongersmai dan P. breitensteini) di Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.



Dua spesies yang lain bertubuh relatif panjang, pejal berotot: P. molurus (sanca bodo) dan P. reticulatus. Kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar, termasuk Jawa. P. molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari reticulatus, terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang.
Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret; sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus; sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk lubang penghidu bahang (heat sensor pits) yang dalam (Tweedie 1983).
Sanca –terutama yang kecil– kerap dipelihara orang karena relatif jinak dan indah kulitnya. Pertunjukan rakyat, seperti topeng monyet, seringkali membawa seekor sanca kembang yang telah jinak untuk dipamerkan. Sirkus lokal juga terkadang membawa sanca berukuran besar untuk dipamerkan atau disewakan untuk diambil fotonya.
Sanca banyak diburu orang untuk diambil kulitnya yang indah dan bermutu baik. Lebih dari 500.000 potong kulit sanca kembang diperdagangkan setiap tahunnya. Sebagian besar kulit-kulit ini diekspor dari Indonesia, dengan sumber utama Sumatra dan Kalimantan. Semua adalah hasil tangkapan di alam liar.
Jelas perburuan sanca ini sangat mengkhawatirkan karena mengurangi populasinya di alam. Catatan dari penangkapan ular komersial di Sumatra mendapatkan bahwa sanca kembang yang ditangkap ukurannya bervariasi antara 1 m hingga 6 m, dengan rata-rata ukuran untuk jantan 2.5 m dan betina antara 3.1 m (Medan) – 3.6 m (Palembang). Kira-kira sepertiga dari betina tertangkap dalam keadaan reproduktif (Shine et al. 1999). Hingga saat ini, ular ini belum dilindungi undang-undang. CITES(konvensi perdagangan hidupan liar yang terancam) memasukkannya ke dalam Apendiks II.
Sanca Kembang berbentuk langsing untuk ukurannya dan berkembang dengan lingkar tubuh yang berotot yang cendrung tetap membulat dari pada memipih seperti ular pembelit lainnya. Sanca raksasa ini sangat bermacam-macam, dengan motif jaring atau rantai dengan warna dasar perak (abu-abu) atau perak coklat. Motif punggungnya adalah ciri khas warna dasar dari ular ini dan bergaris tepi warna hitam dan kuning, oranye atau coklat. Bintik-bintik di samping badannya berwarna terang. Seluruh tubuhnya memantulkan warna “hologram” (seperti pelangi).
Sanca Kembang yang baru ditangkap dari alam liar cenderung (wild-caught – RED) menjadi binatang yang sangat gugup (ketakutan) dan bertahan yang akan mengigit untuk berusaha lepas dari pegangan kita dan kabur. Tetapi hasil ternakan (captive-breed – RED) biasanya tenang dan bahkan jinak, hewan yang pintar yang senang berinteraksi bila si pemelihara membuatnya begitu. Jenis ini adalah pilihan yang bagus yang bisa memberikan perbedaan yang sangat besar dalam pengalaman memelihara ular.
Tingkat Kesulitan:
Mahir – sebelumnya pemilik harus mempunyai pengalaman dengan ular yang lebih besar dan dapat menyesuaikan ataupun terbiasa (“nyaman”) dengan perawatan serta penanganannya. Tidak cocok sebagai ular untuk pemula. Sanca Kembang biasanya menyesuaikan dengan perlakuan pemilik mereka . Bila dipelihara oleh pemilik yang sudah mengerti mereka akan berprilaku baik dan ular sanca yang besar dan jinak.
Sedikit tambahan dari beberapa referensi, Sanca Kembang hasil tangkapan liar biasanya walaupun sudah jinak, kadang kala menjadi galak serta menyerang karena keget, ataupun kadang kala tanpa alasan yang jelas.
Kandang:
Kadang bisa sederhana ataupun rumit tergantung kemampuan menjaganya. Ingatlah bahwa semakin banyak barang yang ditaruh di kurungan, semikin banyak pula barang yang harus di bersihkan. Sangat banyak pilihan untuk pemilihan kandang untuk Sanca Kembang yang masih kecil, seperti kotak plastic tempat baju, rak melamin, dan kandang-kandang plastic reptile yang banyak di jual di pasaran. Akuarium dari kaca memadai untuk hewan yang lebih kecil. Perlu diingat bahwa penutup kandang kadang kala dapat menimbulkan kesulitan untuk mengatur tingkat kelembaban.
Sanca Kembang yang baru menetas sepertinya cocok di kandang yang kecil juga. Ular kecil di kandang yang besar bisa menjadi stress. Untuk ular yang besar, paling sedikit kandangnya harus mempunyai panajng setengah dari ular tersebut. Semakin panjang semakin baik. Dan juga pilihlah yang lebar karena Sanca Kembang perlu lantai yang lebar. Semua kandang harus memiliki tempat yang panas pada sebuah sudut, dan tempat yang lebih dingin di sudut yang berlawanan. Berapapun umur ular itu, Sanca Kembang sangat kuat maka harus ditaruh di kandang yang kuat dan pengunci yang kuat. Kandang yang baik (kuat dan nyaman untuk ular) sangat dibutuhkan, sehingga kandang ini harus menjadi bahan pertimbangan dalam memelihara ular raksasa.
Alas:
Hanya sedikit alas yang bekerja dengan baik. Koran adalah yang paling murah dan paling mudah untuk dibersihkan: buang yang lama dan ganti dengan yang baru. Cypress mulch bagus untuk mengendalikan kelembaban, tetapi ingatlah bahwa terlalu tinggi kelembaban dapat mengganggu kesehatan, begitu juga kalau terlalu rendah kelembaban. Jangan pernah menggunakan alas yang mengandung Cedar karena mematikan untuk reptil.
Suhu dan Pemanasan:
°C = (°F − 32) / 1,8
Sediakan ular Sanca Kembang anda dengan titik berjemur 88-92 F (31-33 C) dan suhu kandang 78-80 F (25.5-26.6 C)(suhu ini tidak boleh turun hingga lebih rendah dari 75 oF-24 C). Sangat penting untuk mengetahui suhu di kandang, dan janganlah menebak. Yang bagus adalah menggunakan termometer digital luar/dalam. Taruh thermometer di dalam kandang, dan ujung lainnya di luar kandang. Sehingga anda dapat mengetahui suhu di luar dan di dalam pada waktu yang sama.
Ada beberapa cara untuk menghangatkan kandang: alas pemanas dari bawah kandang, pemanas keramik, lampu “berjemur” (lampu ditempatkan di suatu sudut sisi untuk berjemur, baik lampu untuk siang maupun lampu malam). Bila menggunakan bohlam ataupun keramik haruslah memperhatikan kelembaban di dalam kandang, apalagi bila menggunakan kandang dengan tutup atas, karena pemanas maupun kandang dengan tutup atas keduanya membuat kelembaban hilang dengan sangat cepat. Gunakan thermostats, rheostats, dan atau timer untuk mengontrol sumber panas. Jangan menggunakan batu pemanas pada ular karena terlalu kecil untuk permukaannya dan dapat menyebabkan luka bakar yang serius.
Kelembaban:
Menyediakan kelembaban yang cocok untuk Sanca Kembang adalah sangat penting untuk menjamin lingkungan yang sehat dan membantu ketika proses ganti kulit, tetapi seperti dibilang sebelumnya, kelembaban yang terlalu tinggi pun dapat menjadi masalah sama seperti bila terlalu sedikit. Untuk membuat tingkat kelembaban 50% – 60%, kita memiliki beberapa pilihan.
1. Gunakan cypress mulch atau bahan yang sejenis yang dapat melembabkan. Cypress sangat bagus untuk digunakan, ciri-cirinya warnanya coklat terang saat kering dan menjadi gelap setelah basah, jadi kita tahu kapan kita perlu membasahinya lagi.
2. Buatlah box kelembaban untuk ular. Menggunakan container plastic dengan ukuran yang lebih kecil dari kandang dan muat saat ditaruh didalam kandang, yang diisi dengan sphagum moss (peras lah untuk mengetahui ukuran kelembaban), gunting container plastic pada bagian atas tutupnya atau bagian samping dari plastic container tersebut. Taruh di dalam kandang ular sehingga ular dapat masuk kedalamnya saat ular tersebut menginginkannya.
Harus diingat, bila kita memiliki kandang dengan tutup atas yang berlubang, buka dari atas, atau sejenisnya, ada baiknya kita menutupnya dengan plastic, handuk atau sesuatu yang dapat menahan kelembaban agar tidak hilang. Juga harus menjaga suhu karena udara yang hangat lebih dapat menahan kelembaban daripada udara yang dingin. Kita harus membuat kandang yang lembab, bukan basah. Kandang yang basah dapat menyebabkan infeksi baik karena bakteri maupun jamur, dan tentu saja akhirnya kepada kematian.
Pencahayaan:
Asupan (pemberian) cahaya tidak diperlukan pada jenis ini, tetapi bila digunakan haruslah 12/12 cycle, yang artinya 12 jam nyala dan 12 jam mati. Bila terus-menerus, bisa menyebabkan stress pada ular, apalagi jenis ini termasuk nocturnal (aktif pada malam hari).
Air:
Selalu ganti air dengan air yang bersih untuk ular Sanca Kembang anda, sebagaimana mereka memiliki kecendrungan untuk minum dengan sangat banyak. Ukuran dari tempat air minum adalah terserah anda. Bila cukup besar untuk berendam, maka cepat atau lambat si ular akan tampak senang untuk berendam dari waktu ke waktu. Pastikan bahwa tempat minum tidak terlalu dalam untuk hewan yang masih kecil. Banyak ular akan membuang kotorannya di tempat air minum, jadi siap-sedialah untuk membersihkannya, men-disinfektan dan mengganti air kapan saja dibutuhkan. Sering kali kita perlu menyediakan tempat minum cadangan, sehingga ada pengganti tempat minum ketika yang satu lagi dibersihkan
Pemberian Makan:
Beri makan ular anda dengan hewan pengerat yang ukurannya disesuaikan dengan ular tiap minggu. Bayi Sanca Kembang sebaiknya diberi mencit dewasa, atau tikus putih (rat) yang masih belum bisa berjalan (jalannya masih merayap). Saat ukuran mencapai 3 kaki (± 1 m) Sanca Kembang cukup besar untuk memakan tikus putih (rat) yang baru disapih. Setelah panjangnya 4 kaki (± 1.3 m) ular ini sudah sanggup untuk memakan tikus putih (rat) yang sudah dewasa. Jangan mengangkat ular anda paling tidak 1 hari setelah makan, karena dapat menyebabkan ular muntah. Sedikit tambahan dari yang translate, apa pun makanan ular kita yang kita berikan, ada baiknya memberikan makan ular dengan hewan yang sudah di matikan terlebih dahulu untuk menghindari ”kecelakaan” dimana makanan ular dapat melukai ular kita. Setelah mati baru kita goyang-goyangkan di depan muka ular kita. Dengan catatan ular kita tidak pilih-pilih makanan.
Kebanyakan Sanca Kembang mempunyai “feeding response” atau response makan (response saat diberi makan) yang kuat dan pada umumnya mudah untuk mengganti makanannya dengan hewan yang dibekukan/dicairkan atau hewan yang telah dimatikan. Jangan pernah meninggalkan hewan pengerat yang masih hidup tanpa diawasi bersama ular. Pemberian makan paling tidak 1 kali setiap 10 hari, terutama pada Sanca Kembang yang masih muda. Hal ini berguna untuk mengendalikan pertumbuhan ular, perlu diingat pemberian makan yang jarang membuat ular anda lapar dan membuatnya ”gelisah” mencari makan, sehingga response makannya lebih kuat selama berinteraksi dengan orang yang memegangnya. Sebaliknya pemberian makan yang terlalu sering sekitar 1 – 2 kali seminggu memicu pertumbuhan yang cepat, sehingga harus bijaksana untuk memikirkan seberapa besar ular kita kita harapkan pada jangka waktu tertentu.
Sanca Kembang adalah jenis ular yang sangat penting membangun kebiasaan makannya agar aman saat dipegang, dimana ular ini adalah pembelit yang sangat kuat dan harus dipertimbangkan dan diperhitungkan ketika sedang lapar. Jangan pernah pegang hewan lain lalu memegang ular; anda bisa dipikir ular sebagai makanannya. Saat ular mencapai ukuran 6 kaki (2 m) adalah bijaksana memberi makan ular dengan cara menaruh hewan yang sudah mati ke dalam kandangnya dan membiarkan ular menemukannya sendiri, karena ini akan menumbuhkan pencarian makanan yang lemah-lembut.
Semakin bertumbuh ular kita, makin lama kita juga harus memberi makan yang semakin besar juga, seperti contohnya kelinci yang besar dan lain-lainnya. Kita perlu mencari dan menemukan tempat membeli makanan untuk ular kita lebih dahulu, karna hal ini sangat bermanfaat dalam memelihara Sanca Kembang, berhubungan dengan anggaran belanja dan jadwal makan ular kita. Hubungi pemelihara ular lainnya atau anggota dari perkumpulan pecinta reptil dimana anda berada untuk membantu menunjukan tempat yang tepat. Memberi makan Sanca Kembang yang besar tidak selalu murah dan pengeluaran ini harus dipertimbangkan sebelum memilih untuk memelihara jenis ini.

Reticulated Python ( Ular Sanca Kembang )





Sanca kembang adalah sejenis ular tak berbisa yang berukuran besar. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 10 meter. Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics.

Identifikasi

Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, ada lima spesiesnya: tiga spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular peraca (Python curtus group: P. curtus, P. brongersmai dan P. breitensteini) di Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.

Dua spesies yang lain bertubuh relatif panjang, pejal berotot: P. molurus (sanca bodo) dan P. reticulatus. Kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar, termasuk Jawa. P. molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari reticulatus, terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang.
Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret; sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus; sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk lubang penghidu bahang (heat sensor pits) yang dalam (Tweedie 1983).

[sunting] Biologi dan Penyebaran

Sanca kembang terhitung ular yang terbesar dan terpanjang di dunia. The Guinness Book of World Records tahun 1991 mencatat sanca kembang sepanjang 32 kaki 9.5 inci (sekitar 10 meter) sebagai ular yang terpanjang (Murphy and Henderson 1997). Namun yang umum dijumpai adalah ular-ular yang berukuran 5-8 meter. Sedangkan berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg (347.6 lbs). Ular sanca termasuk ular yang berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun.
Ular-ular betina memiliki tubuh yang lebih besar. Jika yang jantan telah mulai kawin pada panjang tubuh sekitar 7-9 kaki, yang betina baru pada panjang sekitar 11 kaki. Dewasa kelamin tercapai pada umur antara 2-4 tahun.
Musim kawin berlangsung antara September hingga Maret di Asia. Berkurangnya panjang siang hari dan menurunnya suhu udara merupakan faktor pendorong yang merangsang musim kawin. Namun demikian, musim ini dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Shine et al. 1999 mendapatkan bahwa sanca kembang di sekitar Palembang, Sumatera Selatan, bertelur antara September-Oktober; sementara di sekitar Medan, Sumatera Utara antara bulan April-Mei.
Jantan maupun betina akan berpuasa di musim kawin, sehingga ukuran tubuh menjadi hal yang penting di sini. Betina bahkan akan melanjutkan puasa hingga bertelur, dan sangat mungkin juga hingga telur menetas (McCurley 1999).
Sanca kembang bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Telur-telur ini ‘dierami’ pada suhu 88-90 °F (31-32 °C) selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Ular betina akan melingkari telur-telur ini sambil berkontraksi. Gerakan otot ini menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas suhu lingkungan. Betina akan menjaga telur-telur ini dari pemangsa hingga menetas. Namun hanya sampai itu saja; begitu menetas, bayi-bayi ular itu ditinggalkan dan nasibnya diserahkan ke alam.
Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara. Mulai dari Kep. Nikobar, Burma hingga ke Indochina; ke selatan melewati Semenanjung Malaya hingga ke Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (hingga Timor), Sulawesi; dan ke utara hingga Filipina (Murphy and Henderson 1997).
Sanca kembang memiliki tiga subspesies. Selain P.r. reticulatus yang hidup menyebar luas, dua lagi adalah P.r. jampeanus yang menyebar terbatas di Pulau Tanah Jampea dan P.r. saputrai yang menyebar terbatas di Kepulauan Selayar. Kedua-duanya di lepas pantai selatan Sulawesi Selatan.

[sunting] Ekologi

Sanca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembap (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa.
Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan reptilia lain seperti biawak. Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan. Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa (Mattison 1999, Murphy and Henderson 1997, Shine et al. 1999). Ular ini lebih senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi.
Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan napas. Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah karenanya. Kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya.
Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa beberapa hari hingga beberapa bulan hingga ia lapar kembali. Seekor sanca yang dipelihara di Regent’s Park pada tahun 1926 menolak untuk makan selama 23 bulan, namun setelah itu ia normal kembali (Murphy and Henderson 1997).

[sunting] Sanca dan Manusia

Sanca --terutama yang kecil-- kerap dipelihara orang karena relatif jinak dan indah kulitnya. Pertunjukan rakyat, seperti topeng monyet, seringkali membawa seekor sanca kembang yang telah jinak untuk dipamerkan. Sirkus lokal juga kadang-kadang membawa sanca berukuran besar untuk dipamerkan atau disewakan untuk diambil fotonya.
Sanca banyak diburu orang untuk diambil kulitnya yang indah dan bermutu baik. Lebih dari 500.000 potong kulit sanca kembang diperdagangkan setiap tahunnya. Sebagian besar kulit-kulit ini diekspor dari Indonesia, dengan sumber utama Sumatra dan Kalimantan. Semua adalah hasil tangkapan di alam liar.
Jelas perburuan sanca ini sangat mengkhawatirkan karena mengurangi populasinya di alam. Catatan dari penangkapan ular komersial di Sumatra mendapatkan bahwa sanca kembang yang ditangkap ukurannya bervariasi antara 1 m hingga 6 m, dengan rata-rata ukuran untuk jantan 2.5 m dan betina antara 3.1 m (Medan) – 3.6 m (Palembang). Kira-kira sepertiga dari betina tertangkap dalam keadaan reproduktif (Shine et al. 1999). Hingga saat ini, ular ini belum dilindungi undang-undang. CITES (konvensi perdagangan hidupan liar yang terancam) memasukkannya ke dalam Apendiks II.

Jenis-jenis ikan palmas

Polypterus Palmas a.k.a IKAN NAGA

Palmas merupakan ikan yang tergolong dalam Family Polypteridae (Bichir), artinya ikan bersirip banyak. Ikan ini termasuk ikan primitif dan sering disebut sebagai "snake like fish" (ikan mirip ular). Penyebaran adalah di Afrika Barat.
Palmas adalah ikan pemangsa (predator), carnivora. Ikan ini mempunyai kemampuan untuk mengambil udara dengan alat yang telah termodifikasi sedemikan rupa menyerupai paru-paru, disamping itu ia mampu untuk merayap diatas tanah dengan menggunakan sirip dadanya yang kuat. Oleh karenanya dalam mememihara palmas dianjurkan agar memberikan penutup yang baik untuk mencegah ikan tersebut kabur. Palmas dapat dipelihara bersama-sama dengan ikan golongan Cichlidae yang memiliki ukuran lebih besar.
Panjang rata-rata ikan palmas adalah 30 cm. Hidup pada kisaran pH 6.5 - 7, dan temperatur 16-27 ° C. Sebagai carnivora, pakan utama palmas adalah pakan hidup berupa ikan kecil, atau daging-dagingan lain seperti daging udang atau daging ikan.

VARANUS SALVATOR a.k.a BIAWAK

Monitor Air, (Varanus salvator) merupakan spesies besar biawak mampu tumbuh 3,21 meter (10,5 kaki) panjang, dengan ukuran rata-rata kebanyakan orang dewasa sebesar 1,5 meter (4,9 kaki) panjang. [1] berat maksimum dari Varanus salvator bisa lebih dari 25 kilogram (55 pon), tetapi sebagian besar adalah setengah ukuran tersebut. Tubuh mereka adalah otot dengan ekor panjang, kuat, lateral terkompresi. Monitor Air adalah salah satu biawak yang paling umum ditemukan di seluruh Asia, dan berkisar dari Sri Lanka , India , Indocina, Semenanjung Melayu dan berbagai pulau dari Indonesia , yang tinggal di daerah dekat dengan air.

 

Etimologi
Para generik Varanus namanya berasal dari bahasa Arab waral (ورل), yang diterjemahkan sebagai "monitor" dalam bahasa Inggris. Para spesifik nama adalah kata Latin untuk "Juruselamat" menandakan suatu konotasi agama. [2] Monitor Air kadang-kadang bingung dengan memantau Buaya (V. salvadorii) karena nama yang mirip mereka ilmiah. [3]
Di Thailand, air kata monitor atau kata sebenarnya lokal เหี้ย '(hia) digunakan sebagai kata yang menghina untuk hal-hal buruk dan jahat termasuk orang yang buruk. Namanya juga dianggap sebuah kata membawa nasib buruk, sehingga beberapa orang lebih suka menyebut mereka 'ตัว เงิน ตัว ทอง' yang berarti 'perak dan emas' dalam bahasa Thailand untuk menghindari kutukan tersebut.
Asal arti ofensif dapat ditelusuri kembali ke waktu ketika lebih banyak orang tinggal di daerah pedesaan di dekat memantau kadal. Secara tradisional, penduduk desa Thai tinggal di 2-cerita rumah, lantai atas adalah untuk hidup sementara lantai dasar dirancang untuk menjadi ruang bagi hewan domestik seperti babi, ayam, dan anjing. Monitor air memasuki lantai dasar dan makan atau melukai binatang domestik, juga maka nama lain ตัว กิน ไก่ '(Tua kerabat kai - ayam pemakan).
Dalam bahasa Indonesia dan Melayu, monitor air disebut 'biawak'.

Air monitor di Kandy Lake, Sri Lanka

Subspecies dari Varanus salvator
Memantau Air Asia, Varanus salvator salvator yang nominotypic subspesies sekarang dibatasi untuk Sri Lanka di mana ia dikenal sebagai Kabaragoya di Sinhala , dan Udumbu di Tamil .
Andaman Islands Air Monitor, Varanus salvator andamanensis : Andaman Islands; lokalitas Jenis: Port Blair, Kepulauan Andaman Islands.
Dua-bergaris Air Monitor, Varanus salvator bivittatus : Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Ombai (Alor), Wetar dan beberapa pulau tetangga dalam lengkungan Sunda, Indonesia; lokalitas Jenis: Jawa (yang ditunjuk oleh Mertens 1959).
Hitam Air Monitor, Varanus salvator komaini : Thailand. Jenis lokalitas: Amphoe La-ngu, Satun Amsal, Thailand, dan Thailand-Malaysia daerah perbatasan.. Hal ini sebelumnya merupakan subspesies, tapi sekarang dianggap sebagai sinonim dari V. s. macromaculatus. [4]
Asia Tenggara Air Monitor, Varanus salvator macromaculatus : lokalitas Jenis: Siam (Thailand). Daratan Asia Tenggara, Singapura, Sumatra, Kalimantan dan pulau kecil lepas pantai terkait. [4]
Kuning berkepala Pemantau Air dianggap perlombaan sampai 2007 ketika diangkat menjadi spesies penuh. [4] [5]

Perilaku dan diet
Monitor air dapat bertahan, menggunakan ekor mereka, cakar, dan rahang ketika pertempuran. Mereka adalah perenang yang sangat baik, dengan menggunakan sirip mengangkat terletak di ekor mereka untuk mengarahkan melalui air. Monitor Air adalah karnivora, dan memiliki berbagai macam makanan. Mereka dikenal untuk makan ikan, katak, tikus, burung, kepiting, dan ular. [2] Mereka juga telah dikenal untuk makan penyu, serta buaya muda dan telur buaya [6] Seperti Komodo , mereka akan sering makan bangkai . [2]

Konservasi
Di Hong Kong , ini adalah spesies yang dilindungi di bawah Perlindungan Hewan Liar Ordonansi Cap 170. Di Malaysia, spesies ini adalah salah satu hewan liar yang paling umum dengan angka sekitar sebanding dengan populasi kera di sana. Meskipun jatuh mangsa banyak ke manusia melalui membunuh jalan dan kekejaman terhadap hewan, masih tumbuh subur di kebanyakan negara bagian Malaysia terutama di semak dari pantai timur negara seperti Pahang dan Terengganu . Melayu "kampung" anak laki-laki dan laki-laki kelas muda yang bekerja Melayu sering menangkap dan membunuh monitor air untuk hiburan mereka sendiri meskipun populasi luas dari spesies menyebabkan kurangnya perhatian konservasi. Di pantai timur negara bagian Malaysia, spesies ini sangat umum dalam roadkill. Di Thailand , semua biawak dilindungi spesies.

Ular Sanca Bodo (Python Molurus)

  • Ular sanca bodo atau Python molurus, termasuk salah satu jenis ular yang banyak dipelihara oleh pencinta binatang. Namun tidak sedikit yang menyadari bahwa ular sanca bodo yang biasa disebut juga sebagai Asiatic Rock Python termasuk salah satu binatang langka yang dilindungi undang-undang di Indonesia. Ular sanca bodo (Python molurus) dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999.
  • Ular sanca bodo terdiri atas dua anak jenis (subspesies) yaitu Python molurus molurus yang dijumpai di India, Bangladesh, Pakistan hingga Nepal dan Python molurus bivittatus yang hidup secara alami di Indochina termasuk Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sumbawa, dan Sulawesi).
Ular sanca bodo (Python molurus) disebut juga Burmese Python (gambar: gembiraloka.net)
Ular sanca bodo dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Asiatic Rock Python, Burmese Python, atau Tiger Python. Sedangkan dalam bahasa latin, ular yang banyak dijadikan peliharaan ini disebut Python molurus (Linnaeus, 1758) sebagai yang bersinonim dengan Coluber molurus (Linnaeus, 1758).
Ular sanca bodo termasuk ular besar lantaran mampu mencapai panjang 9 meter, meskipun rata-rata hanya mencapai 5 meter saja. Berat tubuh Burmese Python ini mampu mencapai 160 kg.
Ular sanca bodo (Python molurus) mempunyai warna dasar kulitnya coklat muda hingga coklat tua, ada pula yang kuning atau krem, dengan belang-belang hitam atau coklat tua. Corak belang pada sanca bodo berupa jaringan dengan mata jaring hampir berbentuk segi empat.
Ular sanca bodo secara alami mendiami hutan tropis basah. Ular ini senang berada ditempat yang tidak jauh dari air atau tempat lembab bahkan kadang di dekat pemukiman. Ular sanca bodo lebih suka berada di tanah dari pada bergulung di pohon, tetapi sesekall dia akan memanjat pohon untuk mendapatkan sinar matahari guna menaikkan suhu tubuhnya.
Meskipun hewan ini termasuk binatang nokturnal (beraktifitas di malam hari), namun sanca bodo juga senang berkeliaran disiang hari. Hewan yang banyak dijadikan peliharaan ini ini mematikan mangsanya dengan cara melilit tubuhnya. Makanan kesukaan sanca bodo antara lain tikus, luwak, kera, bajing juga hewan besar seperti babi hutan, rusa dan kijang. Selain itu mereka makan pula burung dan ayam hutan.
Seekor ular bodo betina sekali bertelur bisa mencapai 40 butir bahkan lebih. Telur-telur tersebut akan menetas setelah 60-80 hari. Panjang anak yang baru menetas tersebut  berkisar 60-70 cm.
Ular sanca bodo tersebar di India, Bangladesh, Pakistan hingga Nepal hingga ke Indonesia, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Di Indonesia, ular sanca bodo (Python molurus) dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sumbawa, hingga sebagian Sulawesi. Beberapa dekade terakhir, hewan melata raksasa ini juga dapat ditemukan di hutan di Florida Amerika Serikat akibat banyak para pemeliharanya yang melepaskan hewan ini begitu saja ke alam liar.
Ular sanca bodo meskipun mulai langka di Indonesia tetapi populasinya masih dianggap banyak sehingga IUCN Redlist masih melabelinya dalam status konservasi “Near Threatened” (Hampir Terancam).
Satu yang pasti, meskipun hewan melata ini banyak dipelihara sebagai hewan peliharaan namun banyak yang tidak mengetahui bahwa ular sanca bodo ini termasuk hewan yang dilindungi sebagaimana saudara dekatnya sanca timor (Python timorensis) lantaran semakin langka di alam liar.

Varanus salvadorii (aka Crocodile Monitor)


  • Crocodile Monitors (Varanus salvadorii) adalah hewan endemik kepulauan New Guinea dan sekitarnya. 
  • Crocodile Monitor dikenal sebagai predator teratas dan biasa ditemukan di hutan hujan. 
  • Crocodile Monitor adalah hewan diurnal dan juga arboreal. 
  • Crocodile monitors memiliki variasi warna & ukuran tergantung dari daerah asalnya. 
  • Crocodile Monitor dikatakan sebagai biawak terpanjang yang bisa mencapai panjang tubuh sekitar 3.5 meter. 
  • Biawak ini pernah diamati pertumbuhannya dan tercatat mereka akan tumbuh sekitar 2 inci per bulan selama tahun tahun pertama setelah mereka menetas.
  • Umur Crocodile Monitors diperkirakan sekitar 10 tahun hingga 15 tahun.
  • Biasanay yang menyebabkan kematian crocodile monitor adalah infeksi luka gigitan, benturan pada telur, bwengkak bernanah pada perut & mulut, lesi otak & hati dan penyakit lainnya. 
  • Kandang crocodile Monitor biasanya lebih tinggi daripada lebar, dan cukup panjang untuk memungkinkan pergerakan biawak ini. 
  • Crocodile monitor dewasa bisa ditempatkan dalam kandang berukuran 18 x 10 x 12 kaki atau lebih besar. Tentu saja yang masih kecil tidak perlu kandang sebesar itu. 
  • Aksesoris kandang perlu ditambahkan seperti cabang pohon, bebatuan atau aksesoris lain yang mendukung aktifitas Crocodile monitor ini. Tempat bersembunyi harus selalu disediakan di atas tanah di dalam kandang. 
  • Gunakan al;as kandang untuk crocodile Monitor dari tanah, serpihan kayu yang halus, kerikil, atau serabut kelapa yang intinyaalas kandang harus bisa mempertahankan kelembaban tanpa menciptakan lingkungan yang memugkinakna bakteri atau jamur untuk tumbuh, juga yang bisa menyediakan tempat mendarat yang ‘empuk’ karena Crocodile Monitor suka meloncat dari tempat yuang lebih tinggi di dalam kandang.

  • Crocodile monitor jangan dipelihara dalam satu kandang secara bersamaan, terutama yang berjenis kelamin sama. Jika berencana untuk menemptakna duia ekor Crocodile monitor dalam satu kandang, beri sekat kaca supaya Crocodile monitor terbiasa xdengan keberadaan ‘teman sekandangnya’. Mereka juga harus diawasi dengan dekat selama beberapa minggu setelah dijadikan satu untuk mengantisipasi adanya penolakan dari salah satu Crocodile monitor .

  • Crocodile monitor bisa dipelihara di dalam rumah atau di kandang terbuka di luar rumah di bawah sinar matahari alami, lampu UV atau lampu berjemur. 
  • Mereka menyukai suhu untuk berjemur sekitar 110 hingga 120 derajat Fahrenheit dengan suhu ambiens di kandang 90 derajat Fahrenheit di siang hari. Buatkan tempat yang lebih digin di dalam kandang untuk keperluan thermoregulasi Crocodile monitor. Turunkan suhu hingga 70 derajat Fahrenheit saat malam.

  • Di alam liar, crocodile monitor kebanyakan makan burung dan mamalia kecil dan kadang kadang ikan. Beri makan binatang pengerat karena bisa menyediakan sumber gizi yang baik untuk mereka. Berikan juga ayam, telur rebus & makanan khuisus untuk peliharaan karnivora. Ikan juga boleh sesekali diberikan. Hati hati saat member makan, jika perlu gunakan alat bantu untuk memberikan makanan pada crocodile monitor.

  • Crocodile Monitor bisa sangat berbahaya bagi yang memelihara dan harus ditangani dengan sangat hati hati. Jika tergigit akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang cukup dalam, yang membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Crocodile liar lebih mudah ‘nervous’ daripada yang dari penangkaran, walaupun keduanya sama sama tidak bisa ditebak. Tipikal crocodile monitor adalah tidak akan agresif selama tidak merasa terpojok atau ditangani dengan kasar, crocodile monitor dinilai sebagai hewanyang selalu awas dan lebih cerdas dibandingkan dengan jenis biawak lainnya.

  • Untuk membedakan crocodile monitor jantan atau betina bisa dilihat dari kepalanya. Bentuk kepala crocodile monitor jantan lebih besar, lebih tinggi dan lebih lebar daripada yang betina. Walaupun crocodile monitor jantan memiliki hemipenal bulges yang tidak terlalu menonjol, betinanya memiliki kelenjar aroma di tempat yang sama, yang bisa membingungkan saat disexing. Tonjolan Hemipenal tidak akan terlihat pada biawak yang kegemukan. Memeriksa tingkat testosterone darah terbukti sempurna untuk mengetahui jenis kelaminnya.Ccrocodile monitor jantan memiliki tingkat testosterone 10 kali dibandingkan betina.

  • Biasanya kopulasi atau perkawinan yang menghasilkan telur yang sehat adalah antara bulan Maret hingga Oktober. Jarak antara kopulasi dan masa bertelur adalah sekitar 4 hingga 6 minggu, dan akan menghasilakn 3 kumpulan telur tiap tahunnya. Telur akan dikuburkan di kotak yang tertanan di atas lantai kandang serta di bawah tanah. Biasanya untuk alas kotak telur adalah campuran pasir, tanah, lumut gambut & sphagnum moss. Crocodile monitor betina mungkin akan menjaga telur telurnya selanma beberapa hari. Masa inkubasinya sekitar 6 hingga 8 bulan.

  • Crocodile monitor yang baru menetas biasanya diberi makan jangkrik & pinkies walaupun biasanya mereka tidak mau makan hingga selam 2 minggu setelah menetas. Selalu sediakan air minum. Perhatikan benar benar saat member makan karena bisaanya bayi biawak ini sangat agresif saat diberi makan. Gunakan alas kandang yang aman & tidak akan tertelan seperti alas dari tikar alang alang.


Varanus jobiensis (indicus complex)


  • Peach throat monitor banyak ditemukan di pulau New Guinea (Papua). Biawak Peach throat ini masih bersaudara dengan biawak ekor biru atau blue tail monitor dan biawak rawa atau mangrove monitor. Tiap jenis dari ketiga biawak ini mendiami habitat yang berbeda beda di New Guinea. Biawak peach throat lebih menyukai hutan hutan yang rimbun atau padat pepohonannya dan biawak Peach throat adalah pemanjat yang sangat mahir.
  • Biawak peach throat yang masih liar biasanya memangsa katak, kadal, serangga besar dan semua jenis hewan kecil yang bisa mereka kalahkan. Dalam penangkaran, dengan pemberian makan yang tepat, biawak peach throat akan tumbuh dengan cepat dan biawak Peach throat dewasa bisa mencapai panjang total sekitar 3-4 feet atau 90 – 120 cm. Dan dengan pemeliharaan yang baik dan tepat, biawak peach throat bisa hidup hingga 10-15 tahun di penangkaran. Seperti kebanyakan jenis biawak, biawak peach throats adalah reptile yang mudah nervous dan kemungkinan akan butuh waktu untuk menjinakkannya. Idealnya, di dalam kandang harus disediakan tempat bersembunyi yang jumlahnya lebih dari satu untuk memberikan rasa aman pada biawak peach throat.




  • Biawak peach throat harus selalu berada di suhu atau temperature di antara 29 hingga 32 derajat celcius dengan tempat berjemur yang bersuhu 35 derajat celcius. Di malam hari, suhunya bisa diturunkan hingga 23 derajat celcius. Nyalakan lampu selama 12 jam dalam sehari. Kelemababn harus dijaga antar 70% hingga 90%. Lampu UVB bukan satu keharusan buat biawak peach monitor, tapi dianjurkan untuk menyediakannya. Lampu UVB membantu reptile untuk memetabolisme kalsium dengan cara mencipatakan vitamin D3. Tapi karena makanan biawak peach monitor terdiri dari binatang pengerat & mangsa hidup lainnya, biawak ini bisa mendapatkan cukup vitamin D3 & kalsium dari makanannya. Tulang dari mangsanya akan mencukupi kebutuhan kalsium, sedangkan bagian hati akan menyediakan Vitamin D3. Jika memang harus memakai lampu UVB, akan sangat penting utuk menggantinya tiap 6 hingga 8 bulan sekali. Karena setelah jangka waktu ini, lampu akan berhenti memproduksi UVB yang dibutuhkan.
  • Bayi biawak peach throat bisa dipelihara di aquarium atau kandang berukuran 29 galon tapi bayi biawak akan cepat sekali tumbuh dan dengan segera akan butuh kandang yang lebih besar. Biawak peach throat dewasa harus ditempatkan di kandang yang paling tidak ukurannya 6’ x 2’ x 4’. Untuk beddingnya, dianjurkan memakai bark atau coconut bark, keduanya bisa menahan kelembaban yang dibutuhkan biawak & mirip dengan lingkungan alam tempat asal biawak peach throat.
  • Biawak Peach throat adalah reptil pemburu yang oportunis. Mereka makan hampir apa saja. Tapi makanan idealnya adalah tikus/mencit, ikan, jangkrik, ulat jerman, hati sapi/ayam & telur rebus. Makanan makanan biawak di atas bisa diberikan secara bergantian seminggu 5 kali dan ini akan menjamin pertumbuhan & kesehatannya. Janga lupa juga untuk menambahkan kalsium dan suplemen vitamindi dalam makanan biawak peach throat yang tidak memiliki tulang sebagai sumber kalsiumnya. Kalo biawak peach throat dikasih makan tikus/mencit atau ikan, suplemen tidak perlu lagi diberikan.

Varanus rudicollis (Roughneck monitor)

A. KLASIFIKASI
 Klasifikasi spesies bisa dilihat di bawah ini.
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Sub - Class : Lepidosauria
Order : Squmata
Suborder : Sauria (Lacertilia)
Family : Varanidae
Genus : Varanus
Species : Varanus rudicollis (Gray, 1845)



 

B. DESKRIPSI MORFOLOGI, CIRI-CIRI DAN ANATOMI 
V.rudicollis memiliki tubuh yang bisa dibilang berkisar dari sedang ke panjang. Ukuran tubuh untuk V.rudicollis dewasa adalah sekitar 90-120 cm. Dengan ukuran terpanjang yang pernah dilaporkan adalah 180 cm. V.rudicollis dapat dengan mudah dikenali melalui sekelompok sisik kasar dibagian belakang lehernya untuk yang dewasa. Sedangkan yang masih muda memiliki warna kuning atau oranye dibagian kepala. V.rudicollis yang dewasa dari Thailand dan Malaysia berwarna hitam, tapi yang berasal dari Kalimantan dan Sumatra warnanya cenderung kurang hitam jika dibandingkan. V.rudicollis yang baru menetas biasanya memiliki ukuran 25 cm dengan berat 20-25 gram.

C. HABITAT
V.rudicollis banyak ditemukan di sekitar perkebunan kelapa sawit, hutan hujan, dapat juga ditemukan di hutan primer, dan rawa-rawa, yang terakhir disebut merupakan tempat mereka paling sering ditemukan. Di alam liar, V.rudicollis terbilang jarang terlihat dan bersifat pemalu, namun di musim hujan biasanya aktivitas mereka meningkat, sehingga kemungkinan mereka terlihat juga meningkat.
V.rudicollis bersifat terrestrial (menghuni daratan) dan juga arboreal (menghuni pepohonan), dalam hal ini V.rudicollis melakukan perburuan di atas tanah namun menghabiskan sisa waktu lebih banyak di atas pohon.
D. PERSEBARAN
V.rudicollis diketahui mendiami hutan hujan Thailand selatan dan Myanmar (Burma), Semenanjung Malaysia, pulau-pulau di Kepulauan Riau, Kalimantan, Sumatra dan Bangka.
E. PERILAKU MAKAN
Seperti kebanyakan jenis Varanus lainnya, V.rudicollis di alam liar juga berburu lebih dengan cara ‘kejar-tangkap’ daripada dengan cara ‘mengikuti-menyergap’. Ini semakin cocok karena V.rudicollis memiliki otot tungkai yang kuat (Shine & Harlow, 1996)
F. PERILAKU REPRODUKSI
V.rudicollis berkembang biak dengan cara bertelur, sebelum mengawini betinannya, sang jantan biasanya terlebih dahulu memperlihatkan kekuasaanya, yaitu denga cara bekelahi dengan pejantan lain. Pertarungan dilakukan dengan cara berdiri pada dua tungkai belakang, kemudian kedua pejantan tersebuat akan saling pukul atau saling tolak dengan tungkai depannya, sehingga terlihat seolah-olah mereka sedang menari bersama.
Setelah proses perkawinan selesai, telur akan disimpan di pasir atau di lumpur di tepian sungai, bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting. Panas dari sinar matahari dan proses pembusukan serasah akan menghangatkan telur, sampai menetas, yang membutuhkan waktu sekitar 90-166 hari setelah betina bertelur.

G. PEMANFAATAN
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari V.rudicollis adalah seperti biawak pada umumnya, yaitu kulitnya yang dapat dijadikan pelapis sepatu, dompet, tas, ikat pinggang, dll.sebagai bahan perhiasan, dan dagingnya sebagai bahan makanan atau untuk obat. Sampai saat ini hasil perdagangan kulit telah berhasil menghidupi beribu-ribu orang, terutama orang-orang desa yang memiliki tempat tinggal didekat habitat V.rudicollis. Tidak kurang dari satu juta potong kulit dikumpulkan setiap tahunnya dari bebagai bagian dunia (Shine et al. 1996, Biological Conservation 77 : 125-134).
Selain itu V.rudicollis juga dijadikan sebagai hewan timangan (pet) oleh sebagian besar orang. V.rudicollis yang dijadikan hewan timangan dapat dijual dengan harga lumayan, dan bahkan mungkin lebih tinggi dari harga penjualan kulit atau harga penjualan dagingnya sendiri.
H. KONSERVASI
Status konservasi V.rudicollis menurut CITES adalah Appendix II, yang berarti bahwa hewan ini dapat berupa keturunan dari hewan Appendix I (terancam punah bila perdagangan tidak dihentikan, pengambilan spesies berstatus Appendix I dari alam adalah ilegal kecuali untuk keperluan luar biasa sepeti penelitian, penangkaran, dll ), atau bisa juga merupakan spesies yang tidak terancam kepunahan, namun dapat terancam punah jika perdagangan hewan ini terus berlanjut.
I. MEKANISME PERTAHANAN DIRI
Karena sifatnya yang pemalu, V.rudicollis boleh dikatakan kuarang dapat dipelajari. Namun, kebanyakan Varanus akan memanjat pohon menggunakan tungkai dan cakar mereka yang kuat untuk menghindari kejaran predator, bahkan Varanus salvator yang merupakan tipe semi-akuatik saja yang bukan merupakan arboreal, akan memanjat pohon bila dikejar pemangsa, namun bila masih tetap dikejar, V.salvator akan melompat kedalam air, sedangkan V.rudicollis kemungkinan akan melompat ke atas tanah atau dahan lain untuk menghindari kejaran pemangsa.
J. METODE PEMELIHARAAN
1. Tempat
Karena V.rudicollis merupakan terrestrial dan arboreal, maka di dalam tempat pemeliharaan akan lebih baik jika diberikan dahan pohon (seperti tempat bertengger burung) untuk tempat istirahat, ukuran dahan pohon disesuaikan sdengan ukuran tubuh V.rudicollis. pastikan juga di dalam tempat pemeliharaan ada tempat untuk bersembunyi/tertutup, ini agar V.rudicollis dapat merasa lebih nyaman di dalam kandang. Untuk substrat dasar dapat menggunakan koran, handuk atau kain, karpet, gambut, sabut kelapa, maupun tanah. Untuk individu yang baru menetas, dapat ditempatkan dalam kandang dengan ukuran 29 galon. Untuk yang agak besar dapat disimpan di kandang ukuran 55 galon. Karena laju pertumbuhan V.rudicollis yang cepat, maka kandang yang lebih besar sangat disarankan. Ukuran yang disarankan adalah 6m x 4m x 3,5m.
2. Suhu
V.rudicollis memerlukan suhu sekitar 85-90’F (sekitar 30-32’C) , dan suhu untuk tempat berjemur 90-130’F (sekitar 32-54’C). Suhu di malam hari dapat turun sampai 72’F (sekitar 22’C). Untuk mempertahankan suhu konstan, kita dapat menggunakan Under Tank Heater (UHT). Meskipun dalam aktivitasnya V.rudicollis tidak membutuhkan cahaya, tapi cahaya diketahui dapat membantu dalam pencernaan makanan.
3. Air
Mangkuk air yang besar disarankan, karena bisa berfungsi juga sebagai tempat berendam, selain itu penyiraman dengan spray sekitar 3-4 kali dalam sehari juga disarankan.
4. Makanan
Untuk yang masih muda dapat diberikan 70% serangga dan 30% mangsa berdaging seperti tikus, katak, maupun kodok kecil, ukuran masa disesuaikan dengan ukuran V.rudicollis, makanan diberikan setiap hari. Sedangkan untuk yang dewasa, dapat diberi makan 60%serangga dan 40% mangsa berdaging, diberikan tiap 3 hari sekali.
5. Pembiakan
Untuk pembiakan, V.rudicollis membutuhkan musim dingin, dalam pemeliharaan, bisa disiasati dengan meningkatkan kelembaban dan mengurangi pemanasan sehingga suhu menjadi turun. Suhu untuk pembiakan sekitar 59-63’F (sekitar 15-17’C), suhu ini harus dipertahankan selama sekitar 2-3 bulan. Setelah itu, suhu secara bertahap dinaikkan kembali.
Seekor betina dapat mengalami 1-3 kali masa bertelur setiap tahun dengan 2-14 butir telur setiap peneluran. Telur sebaiknya diinkubasi, suhu di inkubator dijaga agar tetap dalam kisaran 80-91’F ( sekitar 26-32’C). Telur akan menetas setelah 90-166 hari

Friday, July 20, 2012

Perawatan Iguana

Negara Asal
Amerika bagian Tengah dan bagian Selatan Central and South America. Iguana yang import kebanyakan dari Columbus, El Salvador, Hoduras, Peru, Mexico dan Suriname.
Size: Iguana dewasa bisa mencapai 1.8 mtr.
Umur: Apabila di pelihara dengan baik bisa mencapai usia 20 tahun.
Catatan: Banyak orang yang berpikir bahwa Iguana adalah hewan untuk pemula dalam pemeliharaan reptile, tapi sebetulnya itu adalah hal yang keliru. Iguana memerlukan penanganan yang serius yang biasanya diluar dari kemampuan pemula. Hal ini disebabkan kurangnya informasi dan pengetahuan yang menyebabkan Iguana mati sebelum dewasa. Dalam memelihara Iguana, harus memperhatikan kandang dan makanan.
Penampilan Umum: Iguana adalah hewan yang paling sering dikenal sibagai Kadal. Iguana memiliki lima jari di tiap kakinya, memiliki “jengger”. Semua jenis Iguana memiliki duri yang berada di sepajang punggungnya. Berbeda dengan yang diketahui masyrakat bahwa warna iguana adalah hijau, semua juvenil mempunyai warna hijau, tapi setelah mereka dewasa, warna tubuhnya berubah menjadi coklat cenderung oranye dengan garis pada ekornya.
Kandang: 2.5 – 3.6 M Panjang x 1.2 – 1.5 lebar x 1.8 m Tinggi. Tempat minum harus disediakan di dalam kandang. Ranting untuk menajat atau pohon juga bisa disedikan di dalam kandang.
Temperature: Iguanas berasal dari tempat yang bersuhu tropic dan perlu tempat yang hangat, Suhu yang baik adalah 26 C s/d 29 C, tempat berjemur 32 C s/d 35 C. sebaiknya di kandang di pasang Thermometer untuk memantau keadaan suhu.
Panas dan Pencahayaan: Sinar UV baik untuk menjaga metabolism dan pertumbuhan tulang pada Iguana, Tanpa sinar ultra violet Iguana akan mudah sakit dan bisa menyebabkan kematian.
Alas: Iguanas sering kali menggunakan lidahnya untuk mengidentasi suatu benda maka alas yang berbahan dari serutan kayu tidak bisa digunakan karena akan menyebabkan tertelannya benda yang ada. Sebagai alas bisa digunakan Kertas koran atau kertas bekas, bisa juga di gunakan sejenis carpet karet atau bisa juga digunakan
Kelembaban: Kelembaban yang disukai adalah 65 % - 75 % . bisa digunakan pengairan yang menggunakan mesin atau pun bisa juga disemprot sehari dua kali untuk mempertahankan kelembaban.
Diet: Iguana adalah binatang pemakan tumbuhan. Sebaiknya untuk memberikan makanan dari bahan yang terbuat dari tumbuahn yang terdiri dari 40 - 45 % hijau –hijauan (collard, turnip, mustard, dandelion, escalore dan Cress), Kemudian 40 – 45% adalah Sayuran (green bean, butternut, kabocha, snap dan atau peas, pasnip, asparagus, okra, alfalfa (yang matang bukan tunas), onions, mushrooms, bell peppers, sweet potato, zucchini, yellow squash dan carrot ). 5 – 10 % adalah (Blackberris, strawberri, raspberri, grapes, manggo, melon, papaya, banana dan apel.) Tidak dianjurkan memberi makanan dari tanaman liar karena bisa menyebabkan iguana terkena penyakit.
Maintenance: Jagalah agar kandang selalu bersih, alas dan kandang bisa dibersihkan dengan pemutih dicampur air sebnyak 5 %, setelah itu disiram dengan air bersih agar sisa pemutihnya hilang, dan tidak meracuni Iguana. Selalu cuci sebelum dan setelah memegang iguana dan atau alat-alatnya.